PPI di YPAC Jakarta

Secara kebahasaan, pembelajaran berasal dari kata “ajar” artinya petunjuk yang diberikan kepada orang agar menjadi tahu. Pembelajaran sesungguhnya adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Secara umum pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi antara diri dan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Di lingkungan pendidikan/sekolah, pembelajaran merupakan proses kegiatan yang menciptakan suatu kondisi agar peserta didik mau dan dapat belajar. Belajar merupakan suatu kegiatan yang mengarah kepada perubahan perilaku yang positif sehingga nantinya akan diperoleh penambahan atau peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Moh.Surya (1996:10) bahwa perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran adalah perubahan yang didasari, bersifat kontinu (berkesinambungan), fungsional, positif, aktif (melalui aktifitas individu dan bukan karena kematangan), permanen, bertujuan dan terarah.

Salah satu model pembelajaran yang secara keilmuan dipahami sebagai pembelajaran yang tepat dan sesuai bagi anak berkebutuhan khusus adalah pembelajaran yang diindividualisasikan. Dikenal sebagai Program Pembelajaran Individual atau PPI. Pengertian PPI diadopsi dari istilah Individualized Educational Program (IEP).  Pembelajaran yang diindividualisasikan adalah pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik baik secara individual maupun klasikal, dengan pengajaran yang sama tetapi kedalaman dan keluasan materi pelajaran disusun berdasarkan kebutuhan tiap peserta didik. PPI bertujuan menyelaraskan antara kebutuhan siswa, tugas dan perkembangan belajar siswa dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Dalam kondisi, situasi, dan kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus, terdapat variasi perbedaan serta kompleksitas masalah dan hambatan belajar yang dihadapi oleh anak-anak tersebut. Hal ini tentu membawa implikasi kepada kompetensi guru dalam menyusun program pembelajaran yang mampu mengakomodasi kebutuhan mereka. Ketidakberhasilan dalam mengakomodasi kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus akan berakibat buruk terhadap proses pembelajaran selanjutnya.  Dengan kondisi hambatan yang sangat bervariasi dan kebutuhan yang juga menjadi sangat individual, mereka harus diidentifikasi untuk melihat kemampuan dan masalah mendasar yang dihadapi mereka, sehingga persoalan-persoalan yang menyangkut kebutuhan dasar menjadi terungkap. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan fungsional, karena sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Pembelajaran Individual inilah yang menjadi esensi sekaligus ciri khas dalam layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus.

Program pembelajaran individu (PPI) adalah program pembelajaran yang disusun untuk membantu peserta didik yang berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuannya. Penyusunan program melibatkan guru, para ahli terkait, dan orangtua. PPI memiliki karakteriktik sebagai berikut :

  1. tidak semata-mata berpusat pada kurikulum melainkan berpusat pada siswa
  2. berdasar hasil assessment, tidak semata-mata berdasarkan pada tujuan pengajaran yang telah ditetapkan pada kurikulum
  3. bekerja dengan siswa, bukan bekerja untuk siswa

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam PPI adalah :

  1. Gunakan pembelajaran yang terarah  (Use Direct Instruction)
  2. Fokus pada pembelajaran akademik  (Focus on Academic Instruction)
  3. Menetapkan keberhasilan   (Provide Success)
  4. Menyediakan umpan balik  (Provide Feedback)
  5. Jadikan hal yang positif  (Be Positive)
  6. Berupaya memotivasi    (Strive to Motivate)
  7. Memastikan perhatian  (Insure Attention)
  8. Pembelajaran yang menyenangkan  (Enjoy Instruction)

Diantara beragam kelompok disabilitas yang ada, YPAC Jakarta memusatkan perhatian pada anak-anak yang mengalami disabilitas akibat Cerebral Palsy (CP), dalam bahasa Indonesia disebut Palsi Serebral. CP adalah sekelompok masalah yang memengaruhi gerakan tubuh dan postur tubuh yang terkait dengan cedera otak atau masalah dengan perkembangan otak.  Secara umum, CP menyebabkan gangguan pergerakan yang terkait dengan refleks abnormal, floppiness atau rigiditas pada tungkai dan badan, postur abnormal, gerakan tak terkendali, berjalan yang tidak stabil, dan dimungkinkan mengalami kombinasi dari semuanya.

Pada sebagian kasus CP memiliki masalah menelan. CP juga memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi.  Orang-orang dengan CP juga mungkin menderita berkurangnya rentang gerak di berbagai sendi tubuh mereka karena kekakuan otot.  Efek CP pada kemampuan fungsional sangat bervariasi. Beberapa yang terkena dampak dapat berjalan sementara yang lain tidak. Beberapa orang menunjukkan kemampuan intelektual normal atau hampir normal, tetapi yang lain mungkin memiliki hambatan intelektual. Di sebagian kasus CP juga ditemukan epilepsi, hambatan fungsi penglihatan, memiliki ketidakseimbangan otot mata, di mana mata seringkali tidak fokus pada objek yang sama. Pada sebagian kasus CP juga ditengarai hambatan pendengaran. Kompleksitas masalah yang dialami karena CP adalah kondisi cedera yang terjadi di otak.

Anak-anak dengan kondisi palsi serebral / CP memiliki hambatan di lebih dari satu aspek. Kondisi hambatan majemuk tersebut tentu saja memberikan implikasi pada keterpaduan program yang diberikan kepada anak. Diperlukan proses saling mendukung antara berbagai program dalam mencapai satu tujuan yang sama.

            YPAC Jakarta yang memberikan perhatian khusus pada anak-anak dengan kondisi CP, menyediakan beragam layanan, baik pendidikan dengan sekolah dari satuan pendidikan TK LB hingga SMA LB. Layanan kesehatan pun memberikan beragam  terapi, pemeriksaan dokter secara berkala, konsultasi psikolog, hingga penyediaan alat bantu (adaptive devices). Seluruh layanan yang disediakan dimaksudkan untuk menuju kemandirian anak CP dengan mengembangkan potensi anak secara kontinu dan komprehensif. Anak CP tidak cukup hanya disekolahkan saja. Agar dapat melakukan beragam aktivitas edukasi secara benar dan tepat, anak CP dengan kondisinya yang sangat khusus memerlukan dukungan bidang lain secara terus menerus. Dokter dan tim asesmen melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mengetahui kemajuan perkembangan kesehatan anak. Terapi yang diberikan bertujuan agar anak CP dapat membentuk anggota tubuh dan anggota gerak yang masih bisa dikembangkan fungsinya.

Sementara itu pula, anak CP akan memperoleh support alat-alat bantu yang diperlukan agar mereka dapat membentuk posisi tubuh yang benar dan menunjang aktivitas belajarnya. Alat bantu juga dimungkinkan bagi anak CP dalam melakukan aktivitas keseharian yang khusus disesuaikan dengan kondisinya. Sinergi diantara support terapi yang diperlukan, penyediaan dan penggunaan alat-alat bantu yang tepat guna dan sesuai kebutuhan kondisi, serta kegiatan pengembangan edukasi bagi setiap anaknya diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak CP lebih optimal. Itulah esensi dari IEP/PPI, dan keterpaduan layanan tersebut yang diberikan dalam sistem PPI di YPAC Jakarta.(ags)

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.